Oleh
Lintang Kristi Purwadi
Mahasiswa
S1 Ilmu Perpustakaan 2012
13040112120002 - KELAS A
Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2012 membuka sebuah layanan baru
yaitu Ruang Audio Visual. Saat itu terlihat masih sepi dan belum ramai
pengunjungnya. Hal ini dikarenakan masih barunya layanan ini sehingga perlu
pengenalan lebih lanjut. Disini perlunya pustakawan yang aktif, kreatif , dan
cekatan untuk memperkenalkan adanya layanan baru dan menyebarluaskannya.
Sehingga para pemustaka juga mengerti dan dapat berkenalan dengan layanan baru
ini secara cepat dan tepat.
I. PENDAHULUAN
Tahun 2012
setelah lulus dari sebuah SMA di Salatiga, saya kembali ke kampung halaman saya
di Wonosobo. Sudah lama rasanya saya
tidak berkunjung ke Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo, karena kabarnya gedungnya
baru saja direnovasi. Akhirnya saya pun berkunjung kesana. Setelah sampai
disana seperti biasa saya menitipkan jaket dan tas di Layanan Penitipan dan menuju
ke bagian Layanan Sirkulasi. Sebelum saya sampai ke Layanan Sirkulasi, dari
kejauhan saya melihat Ruangan dengan bertuliskan “Ruang Audio Visual”. Tentu
saja sebagai orang yang masih awam dengan dunia perpustakaan saya tertarik
dengan hal yang menurut saya masih baru tersebut. Pasalnya tiga tahun yang lalu
sebelum saya bersekolah di Salatiga, perpustakaan tersebut belum memiliki
“Ruang Audio Visual”. Akhirnya saya pun menuju ke ruangan tersebut dan tidak
jadi ke layanan sirkulasi.
Saat saya masuk
ke ruangan itu kesan pertama saya yaitu kagum. Karena ruangan tersebut
berbentuk seperti bioskop sekelas dengan 21 Cinema atau XXI Cinema tapi dalam
versi mini. Ruangan yang dibuat berterasering, tempat duduk yang nyaman, layar
yang besar, serta full AC membuat ruangan ini tampak berkelas dan nyaman. Namun
sayang, ruangan yang bergitu bagus, tetapi sepi pengunjungnya.
Saat itu hanya
saya dan teman saya yang ada dalam ruangan tersebut. Serta hanya ada satu orang
petugas yang berada di sebuah ruangan kecil yang letaknya berada di belakang
ruang audio visual tersebut. Karena saya bingung mengapa ruangan ini sepi dari
pengunjung perpustakaan, maka saya bertanya kepada petugas yang berada di
ruangan tersebut. Menurut penuturannya, ruangan ini sepi karena merupakan
layanan yang baru saja diadakan di Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo. Sehingga
para pengunjung belum mengerti tentang adanya layanan baru ini. Selain itu jam
penggunaan ruangan ini pun masih terbatas yaitu hanya buka saat jam 14.00 –
16.00 dan pada jam itu digunakan untuk memutar film-film yang berbau edukasi
untuk kalangan umum. Hanya itu saja penuturan dari petugas tersebut karena usut
punya usut petugas yang berada di layanan tersebut adalah siswa sebuah SMK yang
sedang Praktik Kerja Lapangan (PKL), sehingga informasi yang saya dapat juga
hanya sebatas itu. Lalu apakah tidak ada tindak lanjut yang nyata dari pihak
Layanan Informasi di perpustakaan untuk menginformasikan kepada user akan
adanya layanan ini? Sayang saja jika ruangan yang begitu bagusnya untuk
mendukung aktivitas perpustakaan, tetapi tidak dimaksimalkan dan diperkenalkan
dengan baik kepada user.
II. PEMBAHASAN
Perkembangan
zaman yang kian pesat menuntut kita untuk selalu menerapkan teknologi di setiap
sektor kehidupan kita. Salah satunya yaitu di dunia perpustakaan, kita tahu
bahwa salah satu bahan pustaka yang dikelola oleh perpustakaan salah satunya
adalah bahan terekam yang saat ini berevolusi dalam bentuk Compact Disk (CD),
atau multimedia lainnya seperti musik, video, animasi, dan film. Dengan adanya
bahan pustaka tersebut membuat perpustakaan mengadakan sebuah ruangan yang dapat
memaksimalkan fungsi dan manfaat dari bahan pustaka itu, yaitu salah satunya
dengan adanya Layanan Audio Visual dan Media. Banyak sebenarnya perpustakaan
yang sudah mengadakan layanan ini untuk mendukung aktivitas perpustakaan di
perpustakaanya.
Untuk menanggapi
perkembangan teknologi ini, maka Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo mewujud
nyatakan dengan dibangunnya “Ruang Audio Visual”. Berdasarkan masalah yang
sudah di paparkan dalam pendahuluan, layanan ini ternyata kurang diperkenalkan
dan dimanfaatkan dengan baik, karena mungkin merupakan layanan yang masih baru
di perpustakaan sehingga user kurang paham akan keberadaan, fungsi serta jam
operasional dari layanan ini. Terbukti dengan msih sedikitnya user yang tahu
akan keberadaan layanan ini.
Dengan adanya
layanan baru yang diadakan di perpustakaan seharusnya pemustaka harus cekatan
dalam bertindak untuk memperkenalkan dan memnyebarluaskannya kepada para user.
Sehingga dapat memaksimalkan fungsi dari Ruang Audio Visual tersebut sedini
mungkin. Serta harusnya sesegera mungkin menempatkan petugas yang kompeten dan
mengerti akan segala teknisi dan informasi yang terkandung dalam layanan itu.
Sehingga user yang sudah terlanjur berkunjung ke ruangan tersebut jika
mengalami kebingungan dapat menyanyakan langsung kepada pustakawan yang
bertugas disana.
Selain itu, Layanan Informasi di perpustakaan tersebut sebaiknya
memperkenalkan layanan baru kepada user. Sistem ini sering kita sebut dengan
Customers Awareness Service yaitu layanan yang memberikan informasi-informasi
terbaru yang berada di perpustakaan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
menginformasikan informasi terbaru dalam hal ini yaitu layanan terbaru di
perpustakaan. Yaitu dengan cara memperkenalkannya melalui papan pengumuman yang
berada di depan perpustakaan. Dalam papan pengumuman tersebut dijelaskan
bagaimana fungsi, manfaat, dan jam operasional dari Ruangan Audio Visual
tersebut. Untuk user yang tidak sempat atau kurang paham ketika melihat
informasi yang tetera di papan pengumuman bisa langsung menuju ke bagian
Layanan Informasi. Tentunya petugas di bagian tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan user. Dalam hal ini sebaiknya untuk
memperkenalkan adanya layanan baru yang berada di perpustakaan petugas dapat
menerapkan Social Judgement Theory yang dipaparkan oleh M. Sherif dan Howland
pada tahun 1961 yaitu petugas dapat men-judge(menilai atau memerkiraankan) dulu
reaksi dari user yang akan diberi penjelasan mengenai adanya layanan terbaru
dari perpustakaan tersebut ( Yusup, 2008 : 109)
Apakah dia
tertarik, menerima, atau mengabaikan? Disinilah pustakawan yang berada di
Layanan Informasi harus memiliki komunikasi yang persuasif, sehingga dapat
mengajak user untuk berkunjung, menggunakan, layanan terbaru tersebut. Minimal
pustakawan dapat memberikan informasi tentang fungsi dari layanan itu. Sehingga
jika sewaktu-waktu user memerlukan layanan itu dapat langsung berkunjung dan
memfungsikannya. Serta jangan lupa untuk menginformasikan tentang jam operasional
dari Ruang Audio Visual tersebut. Sehingga user tahu kapan waktu yang tepat ia
berkunjung ke sana. Untuk jam operasional mungkin dapat juga diinformasikan
melalui pengumuman yang dapat ditempel di pintu masuk ruangan.
III. PENUTUP
Dengan adanya layanan
perpustakaan yang terbaru dalam hal ini yaitu “Ruang Audio Visual” di
Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo. Diperlukan adanya kecekatan pustakawan dalam
menginformasikan dan memperkenalkan layanan ini. Sayang saja jika layanan yang
didukung dengan peralatan yang canggih
nyaman serta teknisi yang kompeten, tetapi tidak sedini mungkin
dimaksimalkan dengan baik.
Disini peran
pustakawan khususnya yang menyediakan Layanan Informasi harus pintar-pintar
mengajak user untuk berkunjung dan memanfaatkan layanan terbaru yang ada.
Sehingga aktivitas perpustakaan dapat berjalan dengan baik dan dapat dipergunakan
semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Yusup, Pawit M. 2009. Ilmu
Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara.