I. PENDAHULUAN
Masa liburan bagi keluarga, terutama anak-anak, adalah
kesempatan untuk ‘menyingkirkan sejenak’ buku-buku pelajaran. Saatnya untuk
istirahat pikiran, untuk bermain dan bersenang-senang. Kegiatan apakah yang
kita lakukan bila hari libur tiba? Bagi keluarga yang berkantong tebal, gampang
saja mengatur jadwal dan tujuan wisata ke luar kota. Bagi yang pas-pasan,
paling-paling hanya berwisata ke tempat-tempat menarik di sekitar kota tempat
tinggal. Ada yang menghabiskan waktu bermain video game di rumah atau di tempat-tempat persewaan.
Bahkan saat ini kita terlalu dimanjakan dengan adaanya internet. Banyak yang beranggapan internet
merupakan gudangnya ilmu dan informasi. Sehingga salah satu pilihan yang tepat
apabila menghabiskan waktu untuk browsing di internet.
II. PEMBAHASAN
Jika saat ini masyarakat lebih
memilih media secara noncetak yaitu media yang berada di internet, lalu
bagaimana nasib media cetak yang konon mulai menurun. Melansir artikel harian Kompas bahwa pada
2010 rata-rata produksi buku dan angka penjualan buku menurun antara 30% – 75%,
yang umumnya banyak dialami oleh para penerbit kecil. Selain karena lemahnya
daya beli masyarakat, sistem tata niaga perbukuan serta tak adanya dukungan
dari pemerintah, faktor lain yang mempengaruhi yaitu biaya produksi seperti
harga kertas serta pajak kertas yang melonjak tajam. Dengan adanya internet
masyarakat menjadi malas untuk langsung membaca media secara tercetak. Hal ini menimbulkan
penurunan juga terhadapat eksistensi dari perpustakaan yang merupakan salah
satu sumber informasi yang mengolah informasi media cetak.
Salain itu dampak yang paling terlihat saat ini
adalah, setiap pelajar yang mendapatkan tugas dari guru. Langsung beranggapan
bahwa di internet pasti sudah tersedia jawab-jawaban yang mereka butuhkan untuk
menjawab tugas tersebut. Beda dengan pelajar zaman dulu yang ingin langsung
terjun ke perpustakaan untuk mencari bahan dari tugas tersebut. Padahal
informasi di internet kurang valid dari segi kebenarannya. Karena terlalu
banyaknya informasi walaupun berasal dari satu bidang saja.
Cobalah untuk melirik perpustakaan – perpustakaan
di sekitar tempat tinggal kita. Beberapa perpustakaan yang ada sekarang keadaannya relatif
lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Koleksi yang mereka miliki juga
cukup beragam. Memang sebaiknya, selain buku, jika memungkinkan perpustakaan
juga mengoleksi laporan penelitian, majalah, surat kabar, kliping, dan bentuk
tertulis lainnya. Perlu ada juga koleksi peta, foto, rekaman dalam pita
kaset, compact disc, slide, atau micro
film. Beberapa perpustakaan sudah pula melengkapi pelayanannya dengan
jaringan internet dan hot
spot. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjadi semacam lumbung
ilmu: tempat menyimpan berbagai informasi bermanfaat yang menjadi
rujukan orang banyak.
III. PENUTUP
Melansir masalah internet dan
perpustakaan memang tidak ada habisnya dan ujungnya. Sebaiknya kita menyikapi
bahwa kedua hal tersebut saling melengkapi. Jika informasi yang kita butuhkan tidak ada media cetak pastilah kita tetap bisa
mencarinya di media non cetak yaitu di internet. Sebaliknya di dalam media non
cetak perlulah sebuah referensi yang lebih valid yaitu melalui media cetak
yaitu buku-buku yang berada di perpustakaan.
Tidak ada salahnya untuk kita
mengisi liburan dengan berkunjung ke perpustakaan dan memperkaya diri kita
dengan berbagai macam pengetahuan. Tanpa adanya batasan-batasan umur, jabatan,
tinggat pendidikan, maupun gender. Dengan demikian, kedangkalan intelektual dan
kemiskinan informasi, yang turut mendukung terjadinya keterpurukan multidimensi
pada bangsa ini, segera dapat diatasi.
Sumber.
http://perpustakaan.narotama.ac.id/2013/01/22/musim-liburan-televisi-versus-perpustakaan/ [ diakses pada tanggal 25 Juni 2013 ]
http://www.slideshare.net/emilyelbugisy/media-cetak-vs-online [diakses pada tanggal 25 Juni 2013 ]
0 komentar:
Posting Komentar