Kamu pengamat yang ke-

27 Desember 2013

ESSAY JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 20.31 1 komentar


Pada era globalisasi ini, pendidikan dan pengetahuan adalah hal terpenting. Karena merupakan suatu pondasi dalam terbentuknya generasi bangsa ini. Setiap tantangan kehidupan pun tidak jauh dari kata Pendidikan dan Pengetahuan. Untuk memperoleh kedua hal tersebut banyak yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan perpustakaan. Melalui perpustakaan banyak sumber informasi yang di dapat. Bukanlah hal yang mulia menjadi seorang pustakawan, menyediakan setiap sumber buku yang dibutuhkan untuk menunjang Pendidikan dan Pengetahuan seseorang.
Namun, pandangan tersebut masihlah menjadi pandangan yang biasa (mainstream) yang biasa kita amati di sekitar kita jika mendengar kalimat “Jurusan Ilmu Perpustakaan”. Apakah prospek kerja dari Jurusan Ilmu Peprustakaan hanya akan menjadi seorang pustakawan saya? Memang seorang Pustakawan adalah profesi yang mulia dibanding dengan profesi lain. Bagaimana tidak, seorang dokter belajar menyembuhkan pasien siapa yang menyediakan segala buku referensi untuknya? Seorang Pustakawan. Bagaimana seorang guru menyiapkan setiap bahan untuk mengajar dan melengkapi setiap ilmunya? Melalui seorang Pustakawan yang menyediakan buku guna melengkapi kebutuhan guru tersebut.
Banyak kesempatan yang ditawarkan di dunia ini, tak terkecuali kesempatan kerja seorang lulusan Jurusan Ilmu Perpustakaan. Melalui sebuah situs www.pemustaka.com mengatakan bahwa Ilmu Perpustakaan lebih membahas mengenai ilmu pengarsipan. Hal ini berkaitan dengan cara penataan sumber informasi dengan sistem klasifikasi perpustakaan dan dengan di dukung teknologi. Dengan keahliannya mengarsipkan setiap dokumen tersebut membuat Jurusan Ilmu Pepustkaan saat ini sangat dicari keberadaannya. Hampir disetiap lembaga baik itu lembaga pemerintahan maupun swasta membutuhkan ahli pengarsipan dokumen mereka.
Bagaimana pandangan dunia tentang Ilmu Perpustakaan (Library Science) sendiri? Di universitas-universitas seperti di negara Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris jurusan ini adalah jurusan terfavorit. Karena tidak hanya mengulas tentang bagaimana menyusun buku-buku saja, tapi juga dipadu padankan dengan penguasaan teknologi. Teknologi teersebut berperan dalam mengorganisasikan setiap buku ataupun arsip-arsip yang ada. Jadi, tak mungkin Ilmu Perpustakaan menjadi jurusan yang monoton. Karena banyak ilmu-ilmu lainnya yang mendukung untuk terus belajar di sini.
Lihat, kesempatan kita sama dengan kesempatan jurusan lain. Saatnya kita menghapuskan pandangan orang, yang masih saja berpikir bahwa Ilmu Perpustakaan nantinya hanya menjadi seorang pustakawan saja.
Pandangan itulah yang ada di benak saya saat saya mantap memilih jurusan ini. Jalur SNMPTN Undangan menurut saya adalah sebuah kado yang diberikan kepada saya yang bernota bene seorang yang berasal dari Jurusan Bahasa di SMA. Bagaimana tidak, jika saya tidak berhasil dalam jalur SNMPTN Undangan mau tidak mau ilmu yang selama dua tahun saya belajar di SMA menjadi ilmu sampingan saja. Karena saya harus belajar Ilmu Sosial tentunya. Memang semua ilmu itu tidak ada yang sia-sia. Tapi akan menjadi berat jika ilmu tersebut (Ilmu Sosial) harus saya tekuni dengan waktu yang singkat untuk saya bisa berhasil di SNMPTN Tertulis. Untuk itu saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan SMPTN Undangan ini, dengan berbagai pertimbangan dan  kemantapan, saya pun memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Diponegoro menjadi pilihan pertama dari empat Jurusan yang ditawarkan.  Tak hentinyabersyukur saat saya membuka website SNMPTN bahwa saya diterima di pilihan pertama saya tersebut.
Universitas Diponegoro(Undip), sungguh saya bangga saat saya sekarang menjadi bagian di dalamnya. Apalagi Undip adalah salah satu universitas terbaik di Indonesia. Dengan saya di terima di universitas ini membuat gerbang saya saat ini tidak hanya terbuka di dalam negeri saja tapi juga di kancah internasional.
Tentunya saya berharap agar setiap anggota universitas yang saya banggakan ni mampu bersinergi menjadi satu untuk terus mengharumkan nama Universitas Diponegoro. Dengan selalu menjaga hubungan yang baik antara petinggi universitas, dosen, karyawan, mahasiswa senior dan mahasiswa junior.

Hiduplah Almamater Undip, Jayalah Fakultasku Ilmu Budaya dan Bersinarlah Jurusanku Ilmu Perpustakaan.

Coretan Kecil untuk SUPER JUNIOR

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 20.26 0 komentar
S uara kalian merdu menggetarkan hati
U ntuk jiwa-jiwa para remaja yang sunyi
P esona kalian memanjakan setiap pasang mata remaja
E ntah kapan aku bisa menggapai kalian dengan nyata
R asa ini terus memuncak untuk menggapai kalian

J uara, kalian juarakan hatiku
U ntuk selalu memuja-muja kalian
N amun apakah semua mungkin?
I mpian ini menjadi nyata
O h SUPER JUNIOR bintang hatiku
R asa ini akan tetap ada, melebihi lirik lagu iwak peyek

* Puisi ini dibuat gara-gara ada lomba bikin puisi buat SUPER JUNIOR hahaha bego bgt rasanya :D

CITA-CITAKU ( Tugas Bahasa Indonesia Semester Satu)

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 20.22 0 komentar
PERPUSTAKAAN PRIBADI

Dokter, polisi, guru, tentara adalah sederet profesi yang sering diucapkan oleh sebagian di antara kita saat disinggung mengenai cita-cita. Lantas, apakah cita-cita tersebut akan tetap sama walau dimakan zaman dan usia? Seiring berkembangnya pendidikan dan cara pikir kita, pastilah jika pandangan kita akan semakin meluas. Karena meluasnya pandangan tentang cita-cita tersebut, tidak jarang banyak orang yang memiliki lebih dari satu cita-cita. Baik itu dari cita-cita yang sederhana hingga cita-cita yang terlampau tinggi.
Bidan, guru, ahli komputer, jurnalis, dan public relation adalah sederet cita-cita yang pernah saya inginkan dari TK hingga SMA. Seiring memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi cita-cita saya pun berganti-ganti. Hal yang lazim untuk setiap orang mengubah setiap cita-cita dan angan-angan mereka. Pada akhirnya banyak pemikiran skeptis yang terlintas di pikiran saya saat saya memilih Jurusan Ilmu Pepustakaan, kelak saya akan menjadi apa setelah ini?
Di mulai dari pengalaman saya 1 bulan sebelum saya memilih jurusan perpustakaan untuk jalur SNMPTN Undangan. Selama saya duduk di bangku SMA saya tinggal di sebuah asrama yang terletak di kota Salatiga. Asrama tersebut adalah milik seorang pendeta berkewarganegaraan Korea. Setiap hari libur,  saya dan teman-teman sering membantunya dalam membersihkan asrama. Hingga suatu hari, saya diminta untuk membersihkan perpustakaan kecil pribadi miliknya. Hal yang terlintas di benak saya, betapa akan membosankan kegiatan ini untuk saya kerjakan. Namun hal tersebut cepat-cepat terhapus dalam benak saya, ketika  menjalankan kegiatan tersebut. Dimulai dari membersihkan buku-buku dari debu, mengelap rak, dan mengurutkan setiap buku yang ternyata tersusun tidak runtut. Membuat saya nyaman dan mencintai kegiatan ini.
Mulai dari pengalaman saya tersebut, saya bercita-cita untuk memiliki lapangan pekerjaan sendiri yaitu menjadi ahli informasi yang diejawantahkan dalam sebuah Perpustakaan. Saya ingin memiliki perpustakaan yang berkualitas dan menciptakan perpustakaan yang jauh dari anggapan membosankan, kuno, tidak up date dan suram.
Sering saya mendapat informasi dari sepupu saya yang tinggal di luar negeri, tepatnya di Jerman. Bagaimana menyenangkannya sebuah perpustakaan disana. Mereka mengenalkan sebuah perpustakaan pada warganya di mulai dari mereka duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Fasilitas yang memadai dan ruangan yang begitu nyaman untuk menumbuh kembangkan minat sesorang dalam membaca. Membuat perpustakaan tersebut banyak dikunjungi oleh warga.  Memang tidak terlalu luas ukuran perpustakaan tersebut, tapi perbendaharaan buku di sana sangat lengkap dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh warga disana.
Mendengar informasi tersebut saya ingin perpustakaan saya bisa berguna bagi banyak orang dan dapat menumbuh kembangkan minat baca seseorang. Impian saya, tidak hanya buku, koran, majalah, atau artikel yang tersedia dalam perpustakaan saya kelak. Namun juga banyak media informasi seperti film edukasi, majalah-majalah elektronik, e-book,musik dan media-media lain yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Gapailah cita-citamu setinggi langit, kalimat ini yang sering memotivasi saya untuk mencapai cita-cita saya. Untuk mencapainya dimulai dari memotivasi diri untuk lebih mencintai dan menekuni apa yang sedang saya pelajari di Jurusan Ilmu Perpustakaan. Tentu saja tak cukup puas hanya lulus di Program Strata I , tapi saya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya ingin impian saya kelak, tidak hanya berguna bagi kehidupan saya pribadi, tetapi juga berguna untuk orang lain. 

5 Oktober 2013

PERPUSTAKAAN SEBAGAI STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 20.04 0 komentar

I.                   PENDAHULUAN
Abad ke-21 adalah suatu era yang membawa perubahan besar dalam peradaban manusia. Era yang kita sebut sebagai era informasi ini memunculkan dampak-dampak perkembangan baru dalam berbagai macam aspek kehidupan, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Dengan fenomena ini, informasi menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang tidak terhindarkan. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan manusia karena dengan informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat. Salah satu bukti kemajuan teknologi informasi yaitu munculnya terbitan-terbitan atau literatur baik tercetak maupun non cetak, baik dalam bentuk fisik maupun digital.
Ilmu pengetahuan pun ikut mengalami perkembangan yang sangat cepat, sehingga membutuhkan wadah untuk berkembang sehingga informasi yang ada dapat tersalurkan dengan baik, cepat dan tepat kepada pengguna informasi.  Perkembangan yang terjadi pada informasi selanjutnya adalah semakin padat dan luasnya informasi sehingga terjadi ledakan informasi serta munculnya kesulitan-kesulitan dalam penemuan informasi tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya yang mendesak untuk dapat mengumpulkan serta mengolah informasi yang terus berkembang itu agar dapat ditemukan kembali. Namun persoalan menjadi rumit ketika harus memikirkan pula tentang apakah informasi yang ditemukan telah sesuai dengan kebutuhan ataukah tidak. Menyadari hal ini, perlu diakui bahwa informasi sebenarnya merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat modern.

Perkembangan informasi yang menjadikan masyarakat juga mengalami perkembangan yang lebih modern, menjadikan informasi menjadi lahan yang luas dan strategis untuk dihimpun, diolah, dan disebarluaskan. Informasi yang sudah ada jangan sampai tidak tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang biasa disebut pengguna informasi. Oleh sebab itu salah satu lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi masyarakat secara tepat adalah perpustakaan.
II.                PEMBAHASAN
Perpustakaan dapat menjadi salah satu strategi pemerintah guna memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Kebutuhan akan informasi disekitar masyarakat inilah yang patut menjadi perhatian bagi pemerintah. Sehingga masyarakat tidak akan haus akan kebutuhan informasi, karena kita tahu bahwa segala aspek kehidupan sangat bergantung kepada informasi. Masyarakat harus pintar-pintar dan selektif dalam mencari dan menggunakan informasi yang ada. Karena kita tahu saat ini informasi dapat kita peroleh dari mana saja, kapan saja, dan siapa saja. Oleh sebab itu salah satu tugas perpustakaanlah yang menyeleksi dan menghimpun setiap sumber-sumber informasi tersebut kedalam koleksi perpustakaan.

Berbicara kepada salah satu strategi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat melalui perpustakaan khususnya di Indonesia adalah dengan adanya Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Umum Daerah. Diambil dari majalah “Visi Pustaka” Volume 12, Nomor 2 bulan Agustus 2010.
Perpustakaan yang dapat diakses masyarakat secara luas adalah perpustakaan nasional dan perpustakaan umum. Perpustakaan nasional yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan menaungi perpustakaan propinsi dan daerah memang berkedudukan di ibukota negara sesuai yang tertera dalam Pasal 21 UU tentang Perpustakaan No. 43/2007. Praktis, perpustakaan nasional tidak serta merta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.  Karena itu, seharusnya perpustakaan umum yang ada di tingkat kabupaten/kota atau lingkup yang lebih kecil dapat menjadi perpustakaan ideal bagi masyarakat lokalnya.

Dalam menjalankan strategi pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat, perpustakaan berkewajiban untuk menjalankan fungsi-fungsi utama perpustakaan seperti menghimpun informasi (mencari, menyeleksi, dan memenuhi perpustakaan dengan koleksi yang memadai disesuaikan dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pengguna serta mutakhir), mengelola informasi (melakukan proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi dan memiliki sistem temu balik yang memadai, juga termasuk upaya preservasi dan pelestarian bahan pustaka), dan memberdayakan serta memberikan layanan optimal (promosi, publikasi, dan sosialisasi pada masyarakat luas) . Dengan fungsi-fungsi utama dari perpustakaan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

Dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, perpustakaan memiliki fungsi-fungsi utama yang sedikit berbeda dengan fungsi utama perpustakaan yang sudah disinggung pada paragraf sebelumnya menurut (Hermann Rosch, 2009), yaitu :

1. Fungsi edukasi mencakup pendidikan secara umum, pelatihan industri, serta literasi dan literasi informasi. Pendidikan secara umum dapat disamakan dengan maksud yang tertera dalam UU tentang perpustakaan, yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu, karena sumber ilmu pengetahuan adalah bahan bacaan. Pelatihan yang fokus pada bidang keprofesian memainkan peran perpustakaan sebagai konsultan karir. Seperti yang dilakukan oleh Special Library, sebuah perpustakaan digital khusus menangani para profesional guna mendukung efisiensi kerja mereka. Sedangkan literasi dan literasi informasi merujuk pada paradigma baru perpustakaan untuk menjadi pusat pembelajaran seumur hidup.

2. Fungsi sosial mencakup dukungan terhadap kaum minoritas, dan emansipasi strata sosial yang terpinggirkan. Perpustakaan harus mampu menjaga dan melestarikan identitas budaya kaum minoritas dan membantu mereka menemukan keseimbangan antara keragaman budaya dan inklusi sosial. Sedangkan dalam ranah emansipasi strata sosial, perpustakaan juga selayaknya dapat mengorganisasikan kelompok sosial yang satu dengan yang lain agar tercipta kesempatan sosial pada strata sosial yang terpinggirkan.

3. Fungsi politik mencakup penyediaan informasi yang tidak bias, mendukung kampanye mendorong partisipasi politik, mendukung transparansi dan anti korupsi, menyongsong e-government dan e-democracy, serta memelihara warisan budaya dan sejarah nasional. Memang dalam budaya masyarakat kita saat ini, rentan sekali bersinggungan dengan dunia politik, takut dianggap berpihak atau memiliki suatu tendensi tertentu.

Namun, kita harus banyak belajar pada negara maju yang telah selangkah lebih maju melakukan ini pada perpustakaannya. Idealnya, perpustakaan harus mampu menyediakan informasi yang tidak bias dan memiliki garansi keamanan dari berbagai pluralisme opini yang terbentuk.

4. Fungsi informasi mencakup kebebasan mengakses informasi, demokratisasi informasi ilmiah, koneksi pada dunia informasi global, dan kebutuhan pengorganisasian oleh perpustakaan. Kebebasan mengakses informasi sendiri mengacu pada Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk berpendapat dan berekspresi. Hak ini mencakup kebebasan memegang teguh pendapat tanpa intervensi dan terus mencari, menerima, dan memberi informasi dan ide-ide melalui media tanpa menghiraukan batas-batas.”.

III.             PENUTUP
Informasi yang terus mengalami perkembangan baik isi dari informasi tersebut dan juga media penunjang dalam menyampaikan informasi, menjadikan perpustakaan sebagai lembaga yang digunakan dalam strategi dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Yang pada akhirnya memiliki tujuan  agar perpustakaan mampu menyediakan informasi yang tidak bias dan memiliki garansi keamanan dari berbagai pluralisme opini yang terbentuk. Masyarakat pun dapat selektif dan memilih perpustakaan sebagai sarana penghubung untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Prita Hendriana. 2010. Perpustakaan Ideal : Mendukung Proses Demokrasi, Mungkinkah. Vol.12 No.2. Agustus. Jakarta.
Universitas Airlangga. 2010. Prodi Informasi dan Perpustakaan. http://www.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=category&id=36&Itemid=111[diakses pada tanggal 05 Oktober 2013 jam 13.10]
Saleh, Budi Rahman. 2013. Pengaruh Perkembangan Masyrakat Informasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat. http://www.academia.edu/3736018/Pengaruh_Perkembangan_Masyarakat_Informasi_terhadap_Kesejahteraan_Masyarakat [diakses pada tanggal 05 Oktober 2013 jam 13.20]

18 Agustus 2013

Warna-warni Penari Lengger pada Upacaara 17 Agustus Kab. Wonosobo

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 07.13 0 komentar
Dari 200 Penari Lengger tersebut ada adikku Yohana Kristi Purwadi lho :)

200 Penari bersama dengan Bapak Bupati Wonosobo

Seperti pelangi yang berlenggak-lenggok.

Mulai menari memeriahkan Upacara 17 Agustus Kabupaten Wonosobo yang berlangsung di Alun-alun.




Photos Caption by. Lintang Kristi Purwadi
17 Agustus 2013
di Alun-alun Wonosobo

1 Juli 2013

BERKENALAN DENGAN LAYANAN BARU (Tugas Teknologi Informasi 2)

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 20.09 0 komentar
Oleh Lintang Kristi Purwadi
Mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaan 2012

13040112120002 - KELAS A




ABSTRAK
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2012 membuka sebuah layanan baru yaitu Ruang Audio Visual. Saat itu terlihat masih sepi dan belum ramai pengunjungnya. Hal ini dikarenakan masih barunya layanan ini sehingga perlu pengenalan lebih lanjut. Disini perlunya pustakawan yang aktif, kreatif , dan cekatan untuk memperkenalkan adanya layanan baru dan menyebarluaskannya. Sehingga para pemustaka juga mengerti dan dapat berkenalan dengan layanan baru ini secara cepat dan tepat.

I. PENDAHULUAN

Tahun 2012 setelah lulus dari sebuah SMA di Salatiga, saya kembali ke kampung halaman saya di Wonosobo. Sudah  lama rasanya saya tidak berkunjung ke Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo, karena kabarnya gedungnya baru saja direnovasi. Akhirnya saya pun berkunjung kesana. Setelah sampai disana seperti biasa saya menitipkan jaket dan tas di Layanan Penitipan dan menuju ke bagian Layanan Sirkulasi. Sebelum saya sampai ke Layanan Sirkulasi, dari kejauhan saya melihat Ruangan dengan bertuliskan “Ruang Audio Visual”. Tentu saja sebagai orang yang masih awam dengan dunia perpustakaan saya tertarik dengan hal yang menurut saya masih baru tersebut. Pasalnya tiga tahun yang lalu sebelum saya bersekolah di Salatiga, perpustakaan tersebut belum memiliki “Ruang Audio Visual”. Akhirnya saya pun menuju ke ruangan tersebut dan tidak jadi ke layanan sirkulasi.
Saat saya masuk ke ruangan itu kesan pertama saya yaitu kagum. Karena ruangan tersebut berbentuk seperti bioskop sekelas dengan 21 Cinema atau XXI Cinema tapi dalam versi mini. Ruangan yang dibuat berterasering, tempat duduk yang nyaman, layar yang besar, serta full AC membuat ruangan ini tampak berkelas dan nyaman. Namun sayang, ruangan yang bergitu bagus, tetapi sepi pengunjungnya.
Saat itu hanya saya dan teman saya yang ada dalam ruangan tersebut. Serta hanya ada satu orang petugas yang berada di sebuah ruangan kecil yang letaknya berada di belakang ruang audio visual tersebut. Karena saya bingung mengapa ruangan ini sepi dari pengunjung perpustakaan, maka saya bertanya kepada petugas yang berada di ruangan tersebut. Menurut penuturannya, ruangan ini sepi karena merupakan layanan yang baru saja diadakan di Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo. Sehingga para pengunjung belum mengerti tentang adanya layanan baru ini. Selain itu jam penggunaan ruangan ini pun masih terbatas yaitu hanya buka saat jam 14.00 – 16.00 dan pada jam itu digunakan untuk memutar film-film yang berbau edukasi untuk kalangan umum. Hanya itu saja penuturan dari petugas tersebut karena usut punya usut petugas yang berada di layanan tersebut adalah siswa sebuah SMK yang sedang Praktik Kerja Lapangan (PKL), sehingga informasi yang saya dapat juga hanya sebatas itu. Lalu apakah tidak ada tindak lanjut yang nyata dari pihak Layanan Informasi di perpustakaan untuk menginformasikan kepada user akan adanya layanan ini? Sayang saja jika ruangan yang begitu bagusnya untuk mendukung aktivitas perpustakaan, tetapi tidak dimaksimalkan dan diperkenalkan dengan baik kepada user.

II. PEMBAHASAN

Perkembangan zaman yang kian pesat menuntut kita untuk selalu menerapkan teknologi di setiap sektor kehidupan kita. Salah satunya yaitu di dunia perpustakaan, kita tahu bahwa salah satu bahan pustaka yang dikelola oleh perpustakaan salah satunya adalah bahan terekam yang saat ini berevolusi dalam bentuk Compact Disk (CD), atau multimedia lainnya seperti musik, video, animasi, dan film. Dengan adanya bahan pustaka tersebut membuat perpustakaan mengadakan sebuah ruangan yang dapat memaksimalkan fungsi dan manfaat dari bahan pustaka itu, yaitu salah satunya dengan adanya Layanan Audio Visual dan Media. Banyak sebenarnya perpustakaan yang sudah mengadakan layanan ini untuk mendukung aktivitas perpustakaan di perpustakaanya.
Untuk menanggapi perkembangan teknologi ini, maka Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo mewujud nyatakan dengan dibangunnya “Ruang Audio Visual”. Berdasarkan masalah yang sudah di paparkan dalam pendahuluan, layanan ini ternyata kurang diperkenalkan dan dimanfaatkan dengan baik, karena mungkin merupakan layanan yang masih baru di perpustakaan sehingga user kurang paham akan keberadaan, fungsi serta jam operasional dari layanan ini. Terbukti dengan msih sedikitnya user yang tahu akan keberadaan layanan ini.
Dengan adanya layanan baru yang diadakan di perpustakaan seharusnya pemustaka harus cekatan dalam bertindak untuk memperkenalkan dan memnyebarluaskannya kepada para user. Sehingga dapat memaksimalkan fungsi dari Ruang Audio Visual tersebut sedini mungkin. Serta harusnya sesegera mungkin menempatkan petugas yang kompeten dan mengerti akan segala teknisi dan informasi yang terkandung dalam layanan itu. Sehingga user yang sudah terlanjur berkunjung ke ruangan tersebut jika mengalami kebingungan dapat menyanyakan langsung kepada pustakawan yang bertugas disana.
Selain itu, Layanan  Informasi di perpustakaan tersebut sebaiknya memperkenalkan layanan baru kepada user. Sistem ini sering kita sebut dengan Customers Awareness Service yaitu layanan yang memberikan informasi-informasi terbaru yang berada di perpustakaan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menginformasikan informasi terbaru dalam hal ini yaitu layanan terbaru di perpustakaan. Yaitu dengan cara memperkenalkannya melalui papan pengumuman yang berada di depan perpustakaan. Dalam papan pengumuman tersebut dijelaskan bagaimana fungsi, manfaat, dan jam operasional dari Ruangan Audio Visual tersebut. Untuk user yang tidak sempat atau kurang paham ketika melihat informasi yang tetera di papan pengumuman bisa langsung menuju ke bagian Layanan Informasi. Tentunya petugas di bagian tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan user. Dalam hal ini sebaiknya untuk memperkenalkan adanya layanan baru yang berada di perpustakaan petugas dapat menerapkan Social Judgement Theory yang dipaparkan oleh M. Sherif dan Howland pada tahun 1961 yaitu petugas dapat men-judge(menilai atau memerkiraankan) dulu reaksi dari user yang akan diberi penjelasan mengenai adanya layanan terbaru dari perpustakaan tersebut ( Yusup, 2008 : 109)
Apakah dia tertarik, menerima, atau mengabaikan? Disinilah pustakawan yang berada di Layanan Informasi harus memiliki komunikasi yang persuasif, sehingga dapat mengajak user untuk berkunjung, menggunakan, layanan terbaru tersebut. Minimal pustakawan dapat memberikan informasi tentang fungsi dari layanan itu. Sehingga jika sewaktu-waktu user memerlukan layanan itu dapat langsung berkunjung dan memfungsikannya. Serta jangan lupa untuk menginformasikan tentang jam operasional dari Ruang Audio Visual tersebut. Sehingga user tahu kapan waktu yang tepat ia berkunjung ke sana. Untuk jam operasional mungkin dapat juga diinformasikan melalui pengumuman yang dapat ditempel di pintu masuk ruangan.



III. PENUTUP
Dengan adanya layanan perpustakaan yang terbaru dalam hal ini yaitu “Ruang Audio Visual” di Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo. Diperlukan adanya kecekatan pustakawan dalam menginformasikan dan memperkenalkan layanan ini. Sayang saja jika layanan yang didukung dengan peralatan yang canggih  nyaman serta teknisi yang kompeten, tetapi tidak sedini mungkin dimaksimalkan dengan baik.
Disini peran pustakawan khususnya yang menyediakan Layanan Informasi harus pintar-pintar mengajak user untuk berkunjung dan memanfaatkan layanan terbaru yang ada. Sehingga aktivitas perpustakaan dapat berjalan dengan baik dan dapat dipergunakan semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA


Yusup, Pawit M. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara.

28 Juni 2013

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 10.00 0 komentar
Apasih Ilmu Perpustakaan itu? Program Studi Ilmu Perpustakaan merupakan prodi yang dapat dikatakan baru dan masih banyak orang yang belum mengetahuinya. Ilmu perpustakaan merupakan ilmu yang terbentuk dari berabagai macam interdisipliner ilmu dan bersifat universal. Oleh karena itu prodi ini dapat dintegrasikan dengan ilmu-ilmu lainnya. Namanya aja Ilmu perpustakaan , jadi perpustakaanlah yang menjadi objek kajiannya. Mulai dari kegiatan teknis di perpustakaan, manajemen perpustakaan, pengaplikasian TI, dan pengembangan dari perpustakaan itu sendiri. Lets change our mindset! Saat ini perpustakaan nggak hanya jadi tempat buat baca dan pinjem buku aja tapi saat ini perpustakaan adalah pusat dari informasi. Karena berkaitan erat dengan informasi, banyak perguruan tinggi yang menamakan prodi ini menjadi Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Infomasi. Universitas yang ada Prodi ilmu Perpustakaannya : UI, UNPAD, UNDIP, UNIBRAW, UNIV. AIRLANGGA, UIN SUNAN KALIJAGA, dan lain-lain.

Apa yang dipelajari di Jurusan Ilmu Perpustakaan? Jurusan ini nggak cuma mempelajari tentang buku aja. Karena ilmu perpustakaan ingin menjadikan lulusannya tidak hanya ahli di bidang perpustakaan tetapi lebih tepatnya menjadi seorang yang dapat mengolah dan menyampaikan informasi dengan kemasan yang lebih modern. Sehingga banyak mata kuliah yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan ilmu perpustakaan sendiri. Mata kuliah yang dipelajari dalam prodi ini antara lain : Manajemen perpus, komunikasi informasi, katalogisasi, ilmu dokumentasi, pengantar ilmu perpustakaan, ilmu dokumentasi, preservasi dan konservasi, pengantar ilmu informasi, temu kembali informasi, kemas ulang informasi, English for librarian. Karena saat ini zaman sudah makin berkembang sehingga banyak matakuliah yang menyesuaikan dengan berkembangnya zaman seperti : Teknologi informasi, Computer Operating Sistem (Linux, DOS, Windows), temu balik elektronik, aplikasi database, automasi pusdokinfo, manajemen sistem informasi, perencanaan dan design perpus, design web, dan multimedia.


Apa saja prospek kerja setelah lulus? Karena pada dasarnya ilmu perpustakaan ingin menjadikan lulusannya menjadi ahli informasi, jadi nantinya tidak hanya bekerja di perpustakaan menjadi seorang pustakawan, tetapi juga bisa bekerja di instansi-instansi pemerintahan maupun swasta. Karena dalam instansi tersebut pastinya banyak arsip dan dokumentasi yang perlu diolah dan disimpan, nah disini lulusan ilmu perpustakaan dapat menjadi arsiparis, ataupun dokumentalis. Apakah hanya itu? Tentu tidak, dengan disahkannya Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Pengesahan Undang – undang No. 43 Tahun 2007 itu menunjukan meningkatnya perhatian pemerintah terhadap sektor manajemen informasi. Apalagi saat ini banyak bahkan ribuan perpustakaan yang belum memiliki tenaga pustakawan ahli lulusan pendidikan ilmu perpustakaan (S1) sehingga masih terbuka luas kesempatan untuk bekerja di perpustakaan. Terakhir nih, pekerjaan pustakawan merupakan salah satu pekerjaan yang mulia karena turut mencerdaskan bangsa dengan menyebarkan berbagai ilmu kepada semua orang melalui berbagai macam literatur di perpustakaan.

27 Juni 2013

PERPUSTAKAAN VS INTERNET (Tugas Teknologi Informasi)

Diposting oleh Lintang K. Purwadi di 19.24 0 komentar


I. PENDAHULUAN

Masa liburan bagi keluarga, terutama anak-anak, adalah kesempatan untuk ‘menyingkirkan sejenak’ buku-buku pelajaran. Saatnya untuk istirahat pikiran, untuk bermain dan bersenang-senang. Kegiatan apakah yang kita lakukan bila hari libur tiba? Bagi keluarga yang berkantong tebal, gampang saja mengatur jadwal dan tujuan wisata ke luar kota. Bagi yang pas-pasan, paling-paling hanya berwisata ke tempat-tempat menarik di sekitar kota tempat tinggal. Ada yang menghabiskan waktu bermain video game di rumah atau di tempat-tempat persewaan. Bahkan saat ini kita terlalu dimanjakan dengan adaanya  internet. Banyak yang beranggapan internet merupakan gudangnya ilmu dan informasi. Sehingga salah satu pilihan yang tepat apabila menghabiskan waktu untuk browsing di internet. 

II. PEMBAHASAN

Jika saat ini masyarakat lebih memilih media secara noncetak yaitu media yang berada di internet, lalu bagaimana nasib media cetak yang konon mulai menurun. Melansir artikel harian Kompas bahwa pada 2010 rata-rata produksi buku dan angka penjualan buku menurun antara 30% – 75%, yang umumnya banyak dialami oleh para penerbit kecil. Selain karena lemahnya daya beli masyarakat, sistem tata niaga perbukuan serta tak adanya dukungan dari pemerintah, faktor lain yang mempengaruhi yaitu biaya produksi seperti harga kertas serta pajak kertas yang melonjak tajam. Dengan adanya internet masyarakat menjadi malas untuk langsung membaca media secara tercetak. Hal ini menimbulkan penurunan juga terhadapat eksistensi dari perpustakaan yang merupakan salah satu sumber informasi yang mengolah informasi media cetak.
Salain itu dampak yang paling terlihat saat ini adalah, setiap pelajar yang mendapatkan tugas dari guru. Langsung beranggapan bahwa di internet pasti sudah tersedia jawab-jawaban yang mereka butuhkan untuk menjawab tugas tersebut. Beda dengan pelajar zaman dulu yang ingin langsung terjun ke perpustakaan untuk mencari bahan dari tugas tersebut. Padahal informasi di internet kurang valid dari segi kebenarannya. Karena terlalu banyaknya informasi walaupun berasal dari satu bidang saja.
Cobalah untuk melirik perpustakaan – perpustakaan di sekitar tempat tinggal kita. Beberapa perpustakaan yang ada sekarang keadaannya relatif lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Koleksi yang mereka miliki juga cukup beragam. Memang sebaiknya, selain buku, jika memungkinkan perpustakaan juga mengoleksi laporan penelitian, majalah, surat kabar, kliping, dan bentuk tertulis lainnya. Perlu ada juga koleksi peta, foto, rekaman dalam pita kaset, compact disc, slide, atau micro film. Beberapa perpustakaan sudah pula melengkapi pelayanannya dengan jaringan internet dan hot spot. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjadi semacam lumbung ilmu: tempat menyimpan berbagai informasi bermanfaat yang menjadi rujukan orang banyak. 

III. PENUTUP

Melansir masalah internet dan perpustakaan memang tidak ada habisnya dan ujungnya. Sebaiknya kita menyikapi bahwa kedua hal tersebut saling melengkapi. Jika informasi yang kita butuhkan  tidak ada media cetak pastilah kita tetap bisa mencarinya di media non cetak yaitu di internet. Sebaliknya di dalam media non cetak perlulah sebuah referensi yang lebih valid yaitu melalui media cetak yaitu buku-buku yang berada di perpustakaan.
Tidak ada salahnya untuk kita mengisi liburan dengan berkunjung ke perpustakaan dan memperkaya diri kita dengan berbagai macam pengetahuan. Tanpa adanya batasan-batasan umur, jabatan, tinggat pendidikan, maupun gender. Dengan demikian, kedangkalan intelektual dan kemiskinan informasi, yang turut mendukung terjadinya keterpurukan multidimensi pada bangsa ini, segera dapat diatasi.

Sumber.



 

Do it! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review